Di Balik Deras Hujan


Saya percaya, nggak semua hal buruk akan berakhir buruk. Dan saya juga yakin bahwa di balik setiap hal buruk, akan ada pelajaran atau hikmah yang mungkin baru akan kita sadari setelah kita berhasil melewatinya. Mau simak pengalaman saya?

Jadi, beberapa waktu yang lalu saya ada keperluan yang mengharuskan saya buat pulang jam setengah 2 dini hari. Bukan, bukan karena saya takut dengan setan atau sejenisnya, tapi melintas dengan menggunakan sepeda motor sendirian di daerah yang rawan begal adalah hal yang cukup mengerikan buat saya. Masalahnya begal di daerah sini itu pada kerajinan, saat jam-jam jalanan masih dalam keadaan rame aja mereka berani melukai korbanya dengan senjata tajam apa lagi di jam-jam di mana kebanyakan orang lagi pada nyenyak-nyenyaknya tidur. Pulang jam segitu, gimana nggak mengerikan buat saya, selain sedang rawan-rawannya, karena jalanan emang lagi sepi-sepinya, ditambah lagi kondisi badan saya juga udah capek dan udah ngantuk sengantuk-ngantuknya karena udah bekerja seharian. 

Saya pikir, ngebut adalah satu-satunya jalan supaya saya bisa cepat sampai ke rumah, dan terhindar dari tindak kejahatan tentunya. Jadi begitu urusan selesai, saya langsung berniat buat memacu motor saya dengan gas pol. Sialnya, baru jalan berapa ratus meter tiba-tiba hujan turun begitu derasnya tanpa ngasih aba-aba. Padahal seingat saya beberapa minggu terakhir hampir nggak pernah ada hujan, jadi ini benar-benar di luar dugaan. Saya yang sedang mengendarai sepeda motor dalam mode balap, otomatis langsung menepi mencari tempat berteduh buat pakai jas hujan. Maklum, selain takut sama begal, saya juga takut sama air hujan.

Sambil misuh-misuh campur deg-degan, mau nggak mau saya pakai jas hujan di tengah-tengah derasnya hujan dan kondisi jalan yang bener-bener sepi. Sambil tengok kanan kiri waspada kalau-kalau ada orang jahat yang mendekat. Setelah beres mengenakan jas hujan, saya lanjut jalan lagi, tentunya dengan kecepatan yang berubah drastis dari sebelum hujan tadi, kali ini saya berkendara menggunakan mode santuy. Yaps, kalo hujan saya nggak berani ngebut, soalnya kebetulan rem motor saya kurang pakem dan kondisi ban yang memang sudah botak jadi ngeri kepeleset kalau dipakai ngebut di jalanan basah. Iya, selain takut sama begal dan takut air hujan, saya juga takut jatoh dari motor.

Di perjalanan saya tetep was-was dan tetep punya pikiran bahwa saya masih terancam oleh hal-hal buruk yang disebabkan oleh orang jahat. Berkali-kali saya mengamati kaca spion untuk mewaspadai barangkali ada yang mengikuti dari belakang. Tapi jujur, rasa khawatir itu udah nggak segede waktu sebelum hujan memang.

Entah kenapa saya yakin banget bahwa kalo lagi hujan deres gini, mana ada begal yang mau berkeliaran nyari korban. Begal juga kan manusia, begal juga takut demam. Kalo begal sakit, gimana mereka bisa kerja nyari korban. Hahaha

Belakangan saya sadar, hujan tersebut mungkin adalah bentuk perlindungan Tuhan. Bayangin kalo Tuhan nggak menurunkan hujan deras secara tiba-tiba, mungkin saya akan tetep ngebut dengan kondisi badan yang capek dan ngantuk, dan konsentrasi yang udah mulai menurun. Yang terjadi justru hal yang lebih parah, yaitu kecelakaan.

Jujur, awalnya saya emang kesel banget sama hujan dadakan yang turun pada dini hari tersebut, kok ya bisa-bisanya hujan turun pas banget baru jalan menuju pulang, bisa-bisanya hujan nggak turun pas saya sedang ada keperluan tadi dan reda pas mau pulang. Emang hujannya nggak bisa ditunda sampe besok ya? Atau seenggaknya tunggu sebentar kalo saya udah sampe rumah. Pokoknya saya kesel sekesel-keselnya dengan hujan deras yang turun di waktu yang nggak tepat. Pikiran dipenuhi dengan prasangka buruk terhadap kedaan yang nggak sejalan dengan apa yang sudah saya rencanakan sebelumnya. Tapi setelah dipikir-pikir lebih jauh, pada akhirnya saya justru bersyukur dan berterima kasih juga kepada Tuhan yang telah menurunkan hujan di pagi buta tersebut. Sebab gara-gara hujan, seenggaknya resiko dari hal-hal yang nggak saya inginkan dapat terhindar.

Oke mari kita break down...

Gara-gara hujan, saya nggak jadi ngebut karena jalan jadi licin. Gara-gara hujan saya yang tadinya ngantuk jadi sedikit seger lagi gara-gara cuci muka pake air hujan. Dan gara-gara hujan juga begal jadi mikir-mikir buat keliling nyari korban. Dan gara-gara hujan akhirnya saya bisa pulang sampe rumah dengan selamat meski celana sama baju bagian depan basah kuyup karena jas hujannya bocor. Sampai sini, satu hal yang saya sadari bahwa rencana Tuhan pasti nggak akan pernah salah.

Kejadian itu bukan satu-satunya momen yang mengubah cara pandang saya. Ada satu pengalaman lain yang bahkan lebih membekas: saat saya gagal ujian. Awalnya, saya pikir gagal dalam ujian sekolah sama saja dengan gagal dalam kehidupan ini. Saat itu, rasanya seperti dunia runtuh di depan mata saya. Semua harapan yang udah saya bangun seakan-akan hancur begitu saja. Saya sebenarnya bukan termasuk siswa yang bodoh, tapi pinter banget juga nggak sih, yang pasti saya hampir selalu masuk peringkat 10 besar di sekolah. Dan hal inilah yang membuat saya merasa malu kepada keluarga, takut menghadapi teman-teman, dan bingung tentang masa depan. Di kepala saya, kegagalan itu akan membuat saya nggak akan pernah berhasil di bidang apa pun. Pikiran tersebut membuat saya kehilangan kepercayaan diri selama berminggu-minggu. Bahkan saya jadi menghindari cermin, merasa gagal bahkan untuk sekadar menatap diri sendiri

Namun, seiring waktu, saya mulai melihat sisi lain dari kegagalan tersebut. Saat saya merenungi apa yang terjadi, saya justru merasa terdorong untuk belajar lebih banyak hal, hal-hal yang sebelumnya bahkan nggak pernah terpikirkan. Kegagalan itu menjadi semacam cambuk, bahkan bahan bakar untuk membalas keadaan. Saya ingin menjadi lebih baik, bukan hanya dari diri saya yang sebelumnya, tapi juga dari orang-orang yang pernah meremehkan saya. 

Dari situ, saya mulai membuka diri untuk mencoba hal-hal baru. Saya jadi lebih suka menulis, padahal sebelumnya saya cuma senang baca buku. Saya juga mulai tertarik membuat lagu dan musik sendiri, bukan cuma sekadar mendengarkan playlist lagu-lagu warnet yang sedang hits saat itu. Waktu luang yang biasanya saya habiskan dengan browsing nggak jelas, saat itu saya gunakan untuk belajar membuat website dan memahami cara kerja dunia digital. Saya mulai menjelajahi dunia desain grafis, editing video, bahkan sedikit-sedikit belajar coding meskipun awalnya terasa "ngapain sih ribet-ribet?".

Perlahan tapi pasti, kenyataan yang nggak sesuai ekspektasi itu mengantar saya ke banyak pintu baru. Saya jadi lebih produktif, lebih percaya diri, dan lebih terbuka terhadap peluang. Hal-hal kecil yang dulunya dilakukan cuma buat meredam keterpurukan, sekarang berubah menjadi keterampilan yang bisa saya andalkan.

Ironis, dulu semangat belajar karena dendam, sekarang malah jadi passion. Ternyata motivasi itu nggak selalu datang dari hal positif, kadang justru malah datang dari kekecewaan. Dan harus saya akui, kegagalan tersebutlah yang membentuk saya menjadi versi terbaik saya hari ini.

Yang lebih mengejutkan, kegagalan itu ternyata membuka jalan yang nggak pernah saya bayangkan sebelumnya. Saya mendapat kesempatan untuk mengatur ulang tujuan hidup dan mengikuti jalur lain yang nggak kalah baik, bahkan lebih indah dari yang pernah saya bayangkan. Jalur tersebut membawa saya ke pengalaman baru, dunia baru, dan juga peluang baru yang nggak mungkin saya dapatkan jika saya berhasil dalam ujian saat itu. Kini, jika saya melihat ke belakang, saya justru merasa bersyukur atas kegagalan tersebut.

Ternyata, apa yang dulu saya anggap sebagai akhir dari segalanya, hanyalah sebuah belokan yang membawa saya menuju perjalanan yang lebih baik. Hal itu mengajarkan saya bahwa kegagalan bukanlah sesuatu yang harus ditakuti atau disesali. Sebaliknya, kegagalan adalah guru terbaik yang mengajarkan kita cara bertahan, bangkit, dan berkembang.

Dalam hidup, kita memang sering dihadapkan pada hal-hal yang tampaknya buruk di awal. Tapi jika kita mau berhenti sejenak, merenung, dan melihatnya dari sudut pandang yang berbeda, mungkin kita akan menemukan bahwa semua itu adalah bagian dari rencana yang lebih besar. Kadang, Tuhan nggak ngasih yang kita mau, karena Dia lagi nyiapin sesuatu yang lebih kita butuhin

Jadi, jangan buru-buru menyalahkan keadaan ketika sesuatu nggak berjalan sesuai harapan. Bisa jadi, di balik hujan yang deras, baju basah dan perjalanan yang melambat itu adalah cara Tuhan melindungi kita atau membawa kita ke sesuatu yang jauh lebih baik.

Kalau kamu merasa punya pengalaman serupa, yang awalnya tampak buruk tapi ternyata justru membawa kebaikan, ceritain di kolom komentar, ya! Siapa tahu, kisahmu bisa jadi pelipur lara atau pengingat buat yang lain juga.


Omet

Punya banyak bakat terpendam, tapi lupa dipendam di mana.
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar