Mengapa Membaca?


Sangat disayangkan ketika membaca dianggap nggak lebih penting daripada menonton televisi. Melahap mentah semua sajian layar kaca televisi, tanpa tau dampak negatif bagi kehidupannya. Menurut saya, itulah kanker yang terus tumbuh dalam persepsi sebagian besar orang Indonesia.

Termasuk juga saya. Jujur, sejak kecil saya lebih sering menghabiskan waktu untuk menonton acara-acara televisi. Mulai dari kartun, sinetron, ftv, berita, acara komedi, bahkan acara musik yang membius mata dengan gerakan-gerakan absurd, saya tonton tanpa bosan. Karena dulu saya menganggap sumber informasi dan hiburan hanya bisa didapatkan saat saya menonton televisi. Malah saya sering heran dengan orang-orang yang rela menghabiskan waktunya hanya untuk membaca. First impression saya tentang mereka hanyalah para “kutu buku”. Kumpulan orang-orang berkaca mata tebal (walaupun ada juga yang nggak berkaca mata), jauh dari interaksi sosial, dan yang jelas nggak bakalan asik saat diajakin ngobrol. Sempat muncul pertanyaan dalam hati tentang mereka. Apa coba enaknya membaca? Nggak bakalan dapet apa-apa juga, mentok-mentok cuma dapet cap rajin dari orang lain.

Bodoh memang, saat anak usia SMP yang kencing masih kemana-mana beranggapan seburuk itu terhadap orang lain. Tapi, namanya juga ABG. Biasa beropini tanpa pemikiran lebih jauh. Tapi, saya sangat bersyukur, akhirnya pendapat itu bisa berubah saat saya masuk kuliah. Saat itu, saya dipertemukan oleh beberapa teman yang kebanyakan adalah seorang kutu buku. Saya berkenalan, dan akhirnya nongkrong dengan mereka, dan kalian tau apa kesan pertama saya tentang mereka? Keren, mereka benar-benar telak membuat saya beranggapan bahwa diri saya adalah orang paling bodoh yang pernah hidup di dunia ini. Wuih… Dari situ, saya mulai sadar bahwa membaca memang sesuatu yang penting untuk dilakukan. Maka mulailah saya menambah hobi, yaitu membaca. Awalnya saya menganggap bahwa membaca sangat mudah dilakukan. Secara, sejak TK saja kita sudah dilatih untuk membaca. Tapi ternyata anggapan itu salah. Karena untuk bisa membentuk habit membaca perlu proses yang panjang.

Berbagai cara saya lalukan untuk bisa menenggelamkan diri dalam lautan kata-kata. Seperti saya, orang yang sejak kecil belum terbiasa dengan kegiatan membaca akan mengalami beberapa kesulitan diawal. Pertama, saya harus membiasakan diri duduk diam berlama-lama agar bisa fokus dengan bahan-bahan bacaan. Memang sedikit membosankan. Baru membaca dua paragraf, bawaannya pengen cepet-cepet paham isi bacaan. Pada saat-saat seperti itulah rasa malas mulai muncul. Alhasil, malah menyudahi bacaan. Kedua, mengerti dan benar-benar memahami maksud dan arti kata dalam setiap kalimat. Saat membaca, saya sering menemukan kosa kata baru yang belum pernah saya dengar dalam komunikasi sehari-hari. Ditambah lagi setiap penulis selalu memiliki cara berbeda untuk menciptakan bahan bacaannya, entah dari segi pemilihan diksi, gaya bahasa, maupun tatanan kata dari tiap kalimatnya. Terkadang saya masih sering kebingunan dengan maksud penulis karena membuat kalimat yang begitu rumitnya. Ketiga, menurut saya, membaca harus memiliki daya imajinasi yang tinggi. Beda dengan melihat sebuah film atau video tutorial di youtube, saat membaca, saya harus mampu berimajinasi sendiri agar setiap bacaan bisa lebih mudah saya selami dan pahami.

Sulit. Itulah kata paling tepat untuk menggambarkan perjuangan saya. Karena dalam diri saya belum terbentuk jiwa seorang pembaca, maka jalan satu-satunya adalah terus menerus membaca, dengan niat, kegiatan membaca bisa menjadi habit baru dalam hidup saya. Dalam menjalani kegiatan itu (membaca), saya juga masih menghadapi beberapa masalah, yaitu tanggapan orang-orang terdekat, mereka mencibir dengan berkata sok pintar, sok ngerti, sok rajin, dan sok-sok yang lain. Saya maklum sih, sebelumnya mereka memang sangat jarang melihat saya membaca. Boro-boro membaca, pegang buku aja nggak pernah. Mungkin itu konsekuensi yang harus saya terima.

Terkadang sering muncul rasa malas, ketika kita melakukan sesuatu yang kita anggap baik, tapi nggak mendapat support dari orang lain. Parahnya lagi, orang-orang terdekat malah ikut menggunjing. Mereka semacam nggak ingin melihat orang berubah menjadi lebih baik. Maka dari itu, saya mulai menetapkan tujuan tentang “Mengapa saya membaca?”, karena saya merasa nggak penting juga terlalu memikirkan gunjingan orang lain. Setelah saya benar-benar memantapkan tujuan, mulailah saya mencari-cari manfaat yang saya dapat dari kegiatan membaca. Dan ternyata banyak banget. Paling kentara ketika saya berdiskusi dalam kerja kelompok di kampus. Entah dari mana datangnya, otak saya seperti dihujani banyak ilham untuk ikut menyumbang ide. Padahal, bacaan-bacaan yang saya baca nggak ada hubungannya sama sekali dengan mata kuliah. Walapun ide nggak selalu dipakai, tapi saya senang karena bisa ikut aktif ambil bagian dalam kelompok. Di samping itu, wawasan dan pengetahuan saya juga bertambah, belum banyak sih tapi saya merasa selalu ada bahan obrolan yang menarik untuk diceritakan kepada orang lain. Memang nggak semua mau mendengar. Tapi setidaknya bisa memancing orang lain untuk berbicara. Lalu, satu hal perubahan paling menonjol, membaca membuat saya banyak tanya. Loh kok malah jadi bodoh? Haha, pendapat klise. Seperti itulah anggapan pada umumnya, orang yang banyak tanya selalu dianggap bodoh. Menurut saya membaca bukan membuat kita jadi tambah bodoh. Malah sebaliknya, kita lebih kritis saat mempertanyakan kebenaran informasi.  Banyak teman bilang, saya terlalu kritis saat mempertanyakan sesuatu. Malah kadang cenderung annoying.  Sempat kaget saat dinilai seperti itu, tapi menurut saya itu bukanlah suatu hal yang buruk. Justru malah bagus, saya berkembang menjadi pribadi dengan curiosity yang tinggi.         

Saat ini, sedikit demi sedikit saya mulai nyaman dengan kegiatan membaca. Terkadang, malah menjadi semacam kebutuhan. Seperti ada yang kurang ketika nggak membaca, dan tanpa saya sadari juga.  Beberapa jenis bacaan telah saya baca, mulai dari artikel-artikel blog, novel, buku non-fiksi, hingga zine-zine independent. Semua saya baca dan saya belum terlalu memikirkan alasan mengapa membaca bacaan-bacaan tersebut. Sekiranya bacaan itu terlihat menarik pasti akan saya baca. Karena niat saya hanya satu, membentuk habit membaca. Untuk itu, semoga tulisan ini bisa membuka mata para pembaca, agar lebih giat menumbuhkan niat untuk terus membaca. Karena membaca selalu membuat kita berpikir di luar kotak mainstream. Dan satu pesan saya, jangan pernah cepat puas dengan informasi yang diberikan orang lain. Cheers…

Rio JK

Biasa ajalah...

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments